Intelligence
Tentu saja kecerdasan termasuk dalam masa kecilku,
walau mungkin aku buruk dalam kecerdasan sosial atau emosional, tapi
intelektualku excellent, hahahaha…
Saat aku SD, jelas bahwa aku sudah mulai suka
pelajaran eksakta. Matematika, dan IPA. Walau di pelajaran lain tentu saja
nilaiku memuaskan, kecuali pelajaran olahraga. Ya kan aku kecil banget gitu,
gak kuat lari, gak kuat olahraga, hahahaha. Jadinya pas pelajaran olahraga di
lapangan aku lebih suka mojok dan ngeliatin jangkrik.
Mungkin itu sebabnya aku gak bisa ranking satu, aku
cuma punya nilai bagus di pelajaran spesifik. Walau pada pelajaran yang aku
suka, aku bisa menguasai ilmunya beberapa tingkat diatasku. Saat aku kelas
empat misalnya, aku mulai membaca pelajaran kelas lima dan enam.
Kebiasaanku ini membawa beberapa keuntungan tentu
saja. Satu waktu aku ditunjuk menjadi perwakilan sekolah dalam lomba
keteladanan siswa tingkat kecamatan. Aku tak sendiri, seingatku aku ditunjuk
bareng sekitar lima orang lain, tapi yg aku inget cuma sama Dinar, Noniek, dan
Hana kurasa, satu lagi aku lupa siapa.
Dalam lomba itu ada babak pertama, tes tertulis. Tes
tentang pelajaran umum di sekolah. Ketika lomba diadakan aku pede saja
mengerjakan dan sebagian bisa lancar kukerjakan. Saat itu kami masih kelas
empat, dan kusadari bahwa beberapa pertanyaan dalam lomba ini tidak
diperuntukkan bagi tingkat kelas empat SD!
Beberapa pertanyaan materi anak kelas enam. Tentu saja
aku tahu karena aku sering membaca buku pelajaran kakakku, Teh Irma, yang waktu
itu memang sudah kelas enam SD. Tapi beruntung bahwa aku suka membaca buku-buku
kakakku dan akhirnya aku lancar saja menjawabnya.
Saat tes tertulis selesai, teman-teman perwakilanku
ngobrol
“Ih, susah banget ya, banyak yang gak bisa aku jawab…”
dan kemudian aku menimpali,
“Tentu saja beberapa pertanyaan emang buat anak
kelas enam, aku tahu karena pernah baca, dan aku bisa jawab tadi, tentu saja,
hahahaha...”
Respon mereka dapat ditebak dari raut wajah,
krik…krik…ini anak udah sombong banget ya..??
Aku tak sombong trus hoax, terbukti hanya aku dari SD-ku yang masuk tiga besar pada
tahap ini, agar lolos ke tahap lomba berikutnya. Lebih tepatnya, aku peringkat
dua. Semua tiga besar yang lolos dari sekolah swasta, aku dari SD Islam
Al-Irsyad 01. Dua anak lain berasal dari sekolah swasta yayasan agama juga, SD
Protestan Santo Yosep dan SD Katolik Bruderan.
Memang ada aroma SARA, dan yg kupikirkan saat tahu
lawan-lawanku dari sekolah-sekolah tersebut,
“Ini ntar semacam di Yerusalem yah..??”
(padahal Yerusalem yg aku tahu kemudian ketambahan
Yahudi sih, dan gak nyambung pula…)
Beberapa hari kemudian datanglah surat ke sekolahku
yang memberitahu materi yang dilombakan pada babak kedua, semuanya materi
praktek, seni, budaya dan keterampilan, gak ada lagi teori atau eksakta.
1. Peragaan SKJ (Senam Kesehatan Jasmani)
2. Elektronika (Merakit sirine sederhana)
3. Tari Daerah
4. Lagu Wajib Nasional
5. Peragaan Alat Musik (alat musik bebas, membawa
sendiri)
Mampus, dari lima materi itu, gak ada satupun yang
aku kuasai dengan bener, isi otakku teori semua. Praktek, seni-budaya, atau
keterampilan gak ada yang diajarin di sekolah…
Mulai dari senam SKJ, aku pun latihan menghafal
koreo beberapa minggu, hampir tiap hari dirumah liat video yang dikasih guru
olahraga. Senam konyol.
Elektronika, aku belajar dari tetangga yang punya
kios reparasi alat elektronik. Belajar dari nol, mulai cara baca kode warna
resistor, jenis-jenis alat di PCB, dan cara menyolder sirkuit.
Tari Daerah..?? nyerah…gak usah latihan ini, koreo SKJ
yang simple aja aku gak apal-apal.
Lagu Wajib Nasional, oke waktu kecil aku sering liat
Garuda Pancasila dinyanyiin di TVRI, jadi lagu ini aja daripada lagu lain yang
susah dan panjang-panjang.
Peragaan Alat Musik, aku sih sering mainan dekoder
dan pianika di rumah, tapi ya cuma mainan, mau nyanyiin lagu apa coba..??
dekoder semacam suling itu susah, pianika rumah rusak pipa udaranya…hhhzzzz….
Saat Lomba:
Senam SKJ, hasilnya konyol gila, disetel lagu upbeat
yg isinya cuma satu,dua, empat, delapan, dan senam dengan koreo seadanya,
beberapa hitungan saja aku kehabisan gerakan, peserta lain masih ada beberapa
macam gerakan, aku maunya berhenti, tapi karena musik gak berhenti-henti,
akhirnya aku ulang-ulang aja koreo yang sama.
Elektronika, aku mengerjakannya benar-benar dari
nol..!! semua transistor, resistor, dioda, aku solder satu-satu ditempatnya,
dan pasang speaker, serta batere. Sialnya, ternyata peserta lain udah masang di
rumah, ditempat lomba tinggal nyambung kabel..
tau boleh gitu…ARRGGHH…!!! Mana batere lupa beli
baru, dan suaranya lemah, alasan aja waktu presentasi, “Pak, lupa beli batere
baru, jadi gak bunyi..”
Tari Daerah, dengan yakin saya datang ke booth
penilaiannya dan berkata dengan lantang
“Bu, disini saya gak akan nari, makasih…” lalu
pergi… kereeennn….
Lagu Wajib Nasional, keras-keras saya menyanyikan
Garuda Pancasila, dan saya baru sadar saat lomba, ternyata saya salah lirik,
berulang-ulang panitia yang gak tega, benerin lirik seharusnya dengan teriak
ikut nyanyi tepat di saat saya salah lirik, saya cuek saja, tetap nyanyi
(teriak2 lebih tepatnya)
Dan waktu memainkan alat musik, saya gak bawa alat
musik apapun, saya cukup bilang ke panitia “boleh saya pinjam orjennya..??”
tentu saja panitia membolehkan, operatornya pun memberi tempat (kalau
dipikir-pikir, gak modal banget, gaya pula pake orjen, sebelumnya gak pernah
megang blas…)
Trus setelah saya duduk, yang saya katakan pertama
kali
“mas ini tombol nada Do mana..??”
(kalau dipikir-pikir lagi, mana ada pemain orjen gak
ngerti nada Do dimana..?? hahahaha)
Dan akhirnya saya memainkan sebuah lagu, sambil
menyanyi tentu saja…
Are you sleeping..?? Are you sleeping..?? Uncle
John..Uncle John..Morning bell has ringing..Morning bell has
ringing..ding,dang,dong...ding,dang,dong..
Udah, itu aja lagu yg aku mainin, payahhh
bangeettt….
Conclusions
Waktu SD, ada tiga anak yang biasanya jadi perhatian
para guru, selain biasanya nilainya bagus-bagus, juga karena biasanya diikutkan
pada berbagai lomba karena memiliki kemampuan lebih (sebenarnya mungkin lebih
dari tiga, tapi yang aku inget ya cuma tiga, lagian podium kan cuma tiga).
Yang pertama Noniek Rahmawati, yang kedua Dinar
Windiayu Pramudita, dan terakhir tentu saja saya, Muhammad Zahrul Mujahid,
hahahahaha…..
Noniek biasanya ranking satu di kelasnya (6B kalo
gak salah) dan saya dan Dinar di kelas 6C. dia sih selalu ranking satu, dan aku
cuma kalah di bagian pelajaran olahraga, (sudah pernah saya sebutkan sebelumnya
alasannya).
Kenapa tiga ini..?? Karena sampai saya lulus SD,
terus lulus SMP, lalu lulus SMA, kalau pas main ke SD dan ketemu guru lama
pasti inget saya dan kemudian tanya sekarang saya sekolah dimana. Lalu
selanjutnya ngerembet tanya dua anak yang lain itu
“sekarang Noniek dimana..?? trus Dinar kemana..??”
Waktu SMP saya jawab, “kami bertiga di SMP Al-Irsyad
sekarang”
Waktu SMA saya jawab, “kami bertiga di SMA N 1
Purwokerto sekarang”
Waktu kuliah saya jawab, “saya di Farmasi UGM, kalau
Dinar di FKG Unpad, dan Noniek di KU UNS…”
Dan saat perangkingan berdasarkan nilai ebtanas
murni terakhir, saya seperti menyalip di tikungan terakhir, saya memiliki nilai
terbesar di antara dua anak yang lain, dan tentu saja dibanding anak-anak yang
lain, hahahaha……
(#puas…)
Part
Four – SMP Kelas 1 Putra dan 2 Putra
Part
Five – SMP Kelas 3 Putra
Part
Six – SMA Kelas X5 dan Kelas XI-IA7
Part
Seven – SMA Kelas XII-IA7
Epilog
THE END
Kupikir aku menulisnya sampai sini saja,
Setelah melihat part terakhir jadi makin panjang
gini
Dan ketika mengingat-ingat apa yang terjadi padaku
mulai dari SMP
Ceritanya udah gak cocok jadi catatan bersambung
Lebih cocok jadi novel dengan beberapa chapter
mungkin, hahahahaha
Yah, hidup makin besar, makin rumit dan berwarna
kan..??
(maklum, ada sisi lain yang masih privasi ketika
mulai beranjak remaja, ahahaha…)
Hahahaha…dan diantara tiga serangkai, aku yang lulus
kuliah dan wisuda terakhir,
Wajar sih, kan beda jadwal program