Minggu, 04 Januari 2015

PIMPINAN DIVISI PRODUKSI DAN ARTISTIK VS SUPERVISOR PRODUKSI

Divisi Produksi dan Artistik (DPA)
1. Di Farsigama, saya adalah Pimpinan DPA.
2. Tugas saya yang utama adalah mengubah konsep yang ada dari Divisi Redaksi, menjadi bentuk nyata sebuah majalah, yang nantinya akan dibaca oleh konsumen.
3. Terdapat jadwal penerbitan yang harus diikuti dengan deadline, walau kadang-kadang beberapa proses telat juga, hehehe.
4. Ada rapat dengan bagian redaksi, mengenai bagaimana artikel majalah akan dibuat. Rapat dengan seluruh team, bagaimana konsep didesain. Lalu rapat dengan tim sendiri, bagaimana praktis pembuatan majalah akan dilakukan.
5. Saya melapor pada Rahmi Khamsita, Ketua Farsigama, terkait proses atau kendala yang dihadapi.
6. Di DPA, saya melihat dan ikut bekerja bersama tim yang saya bawahi, mulai dari proses pembuatan konsep, desain dan layout, serta pencetakan majalah.
7. Membagi tugas sesuai kemampuan dan kapasitas tiap personel.
8. Tapi setelah melihat seluruh proses produksi, ada hal yang tak dapat dijelaskan, entah rasa senang, bahagia, atau puas, ketika seluruh konsep dan desain berhasil dicetak menjadi majalah yang nyata dipegang.

Small Volume Parenteral (SVP)
1. Di Sterile Preparation Plant, saya adalah SVP Production Supervisor.
2. Tugas saya adalah menjalankan jadwal yang ada dari Departemen PPIC, menjadi ter-realisasi, dari bahan baku obat, menjadi produk ruahan dan dikemas dan nantinya digunakan pasien.
3. Jadwal dari PPIC sudah ditentukan perminggu bahkan perhari, walau sama juga kadang ada proses yang telat, hahahaha.
4. Meeting banyak juga, dengan Validasi, PPIC terkait jadwal, dan juga briefing dengan operator bagaimana produksi akan dilaksanakan.
5. Saya melapor pada SVP Production Manager, biasanya kalo ada kendala aja sih, hehehe.
6. Di SVP, saya mengawasi kinerja para operator, mulai dari persiapan produksi, proses pencampuran, hingga proses pengisian ke bahan kemas primer.
7. Membagi kerjaan sesuai kemampuan dan kapasitas tiap-tiap personel di lini produksi.
8. Setelah mengawasi seluruh proses produksi, rasa aneh yang sama ada ketika melihat produk jadi telah dikemas sekunder di GOJ atau QC sebagai retain sampel.

Rabu, 31 Desember 2014

Batagor dan Masa Kecilku...

Saat SD, aku sering liburan tempat kakekku di Tasik, disana, batagor tiap hari lewat, tetangga kakekku pengusaha mebel, dan sering naruh mebel segala rupa setengah jadi di teras yg sebelahan sama teras rumah kakekku...

Suatu hari, seperti biasa di sore hari, aku jajan batagor sepiring, tapi makannya di dalem lemari hiasan tetangga, belum ada kacanya...

Saat aku siap2 makan, entah kenapa aku jatuh dr lemari, dan batagornya tumpah semua...

Aku menangis, dan keluargaku ke teras lalu membawaku ke dalam rumah, semua sibuk memperhatikan lukaku, dan mengobatinya...

Tapi tak ada yg tahu, bahwa aku lebih menangis karena batagorku yg tumpah, kenapa ga beli lagi? Tukangnya udah ngider lagi...

Entah berapa porsi yg aku makan, berbagai jenis, rasa, dan harga, hingga saat ini...

Saat aku makan batagor, rasa kehilangan atas sepiring batagor yg tumpah karena kecerobohanku belum tergantikan...

Begitulah, batagor dan kenangan masa kecilku...

Minggu, 26 Januari 2014

Luciferian Pride

Apakah kesombongan sebuah dosa..?? Kalau itu memang benar..??

Sebagian besar, besar jenismu akan dihinakan Tuhan dalam neraka, dan aku harus bersujud pada jenismu..??

Aku tak mengerti Dia, sebagian jenismu mudah sekali digelincirkan, lemah seperti tanah, bahkan sejak Adam ayah dari ayahmu.

Dan aku tak mengerti Dia, meminta api bersujud pada tanah hina..??

Dia sendiri bilang sebagian besar jenismu lebih hina dari ternak, bahkan tak mempercayai-Nya, sementara aku percaya pada-Nya, sujud pada-Nya lebih lama dari umur alam semesta yang disediakan-Nya hanya bagimu.

Dan aku tak mengerti, kenapa patuhku pada-Nya harus berujung pada satu, satu perintah yang tak kumengerti, tunduk pada jenismu.

Dan akan kutunjukkan pada-Nya, bahwa memang benar, benar rasa sombongku, bahwa aku tak perlu bersujud pada kalian, bahwa firman-Nya itu benar, sebagian besar dari umat kalian mudah saya goda pada neraka.

Dan itu sebabnya aku tak perlu bersujud, aku bukannya hanya sombong, aku patuh, membenarkan-Nya, bahwa umat kalian, tak semulia itu, ya memang kecuali yang ikhlas, tapi itu sedikit, sangat sedikit...

and you said that I was pridefull..??

Sabtu, 02 November 2013

The First Scaling

Habis interview, aku nemuin dia, kami lama gak ketemu, both of us so excited, then aku ke fakultasnya, lumayanlah sekalian scaling, rasanya baru kali ini ada orang seneng mau ke dokter gigi

During scaling, needless to say, we're so close, her face right in front of my face, just a couple of centimeters, for hours of process...

She keeps talking, telling me everything, I don't remember so much about the topics, I was too busy for looking her eyes, and sometimes she said "kau gak grogi kan Rul? Biasanya cinlok karena scaling sering terjadi disini, pasien-dokter"

I just said, "grogi? Kau? Gak lah, udah kebal aku"

The fact is, I found my self, hard to breath...

Then Sanbe calling me at that time, I was accepted, we share the joy, and she is the first witness of my career, and she, of course, happy knowing me will work here, she even tell her mother that I'm gonna living in Bandung...

That memory, stick too much...

Minggu, 04 Agustus 2013

Pesanku Padanya...

saat cahaya mulai temaram
dan langit berubah kelam
ku berpesan pada langit malam
sampaikan padanya sebuah salam...

kurasakan hembusan angin
dan suhu yang mulai dingin
perasaan sehalus satin
dan hanya disimpan dalam batin...

dalam lamunanku tentangmu
tergambar jelas senyumanmu
ada harap yang menggebu
dan ada rasa takut yang berujung pilu...

aku tahu aku tak sendiri
dan tak perlu ku merasa sepi
karena hadirmu dalam hati
membuat segalanya lebih berarti...

pada jiwa-jiwa yang merasa sendu
tercekat oleh rasa rindu
membayangkan rasa haru
bilamana hari kita dapat bertemu...


Cimahi, 4 Agustus 2013

Selasa, 30 Juli 2013

Shift 2


29 Juli 2013
hari ini saya mencoba shift dua pertama kali..
bukan karena udah kebagian jadwal shift, tapi karena paginya harus ke bank untuk bayar STRA
untung lancar walau ribet banget birokrasinya

13.30 WIB - Tol Cimahi-Padalarang
pengalaman pertama masuk shift 2 di industri, jemputan dateng pake mobil avanza, 
ada tiga orang yang ikut, Pak Anda, Pak Linggar, dan saya...
supirnya waktu itu Pak Arif, dia hobi banget cerita, tiba-tiba di jalan tol Cimahi-Padalarang cerita

"Pak Linggar tau gak karyawan yang kemaren meninggal?" Pak Arif memulai obrolan
"hah? siapa..??" pak Linggar menjawab dengan pertanyaan lagi
"anak buah bapak kayaknya, baru kemarin ini koq"
"kapan?" pembicaraan masih antara Pak Linggar dan Pak Arif, saya pun cuma menguping walau duduk di depan
"malam minggu kemaren ini"
"kenapa meninggalnya"
"keguguran gitu, komplikasi kayaknya"
"infeksi ya?" aku di titik ini menimpali, ya supaya agak ngobrol aja, jenuh cuma liat jalan tol 20 menit
"mungkin gitu pak, di Sanbe ini ada-ada aja koq Pak"
"ada-ada aja gimana Pak Arif?" yang ngobrol akhirnya gantian aku dengan Pak Arif..
"ya dulu ada juga karyawan yang bunuh diri, loncat ke rel gitu.."
"ya namanya juga ratusan karyawan lebih pak, kemungkinan apapun juga bisa"
"iya ya, harusnya kerja gak perlu sampe stress gitu"
"mungkin malah stress-nya karena pacar..??"
"oh iya ding Pak" kata Pak Arif setuju, dan obrolan berlanjut gak tentu arah ke topik lain...

16.30 WIB - Ruang Filling Infusion Bottle
"fillingnya udah selesai nih?" tanyaku pada operator mesin filling yang bertugas saat itu
"sudah pak" jawab operator yang bernama Agy atau Adi, aku agak lupa...
"hmm, kalo gitu bisa lanjut ke batch berikutnya ya"
"iya Pak"
"okey, saya bilangin operator yg di ruang mixing untuk nyiapin berikutnya, kalian habis buka masih di sini?"
"oh gak Pak, habis ini kami pulang" jawab mereka yang mulai membuatku heran
"lah, entar siapa yg jalanin fillingnya?"
"nanti ada yang dateng longshift 2, jam 7 mungkin Pak"
"oh, oke kalo begitu" jawabku

jam kepulangan yang cukup aneh, bukan lemburan longshift 1, dan mereka juga bukan shift 2...
kelihatan buru-buru sekali pulang...
di luar memang mulai terlihat temaram, koridor ruang produksi juga mulai gelap, gak semua lampu dinyalain
beberapa ruang yang tidak dipakai dibiarkan tidak dinyalakan...

17.00 WIB - Ruang Mixing
"Pak Dedi, itu filling udah selesai, transfer aja batch yang berikutnya" perintahku pada operator mixing
"siap Pak" jawab Pak Dedi dengan mulai mengerjakan proses transfernya dibantu Pak Juli...
"transfer sampe siap filling biasanya berapa lama?"
"oh, paling ini mindahin 30 meit aja Pak"
"kalo gitu transfer sekarang, biar habis maghrib bisa langsung filling kan?"
"betul Pak, nanti bisa siap koq, siapa operator yang dijadwal nanti?"
"wah, saya gak apal jadwalnya, tadi katanya bakal dateng sekitar jam 7 koq, longshift 2"
"oh gitu, gak siap-siap buka Pak?" tanya Pak Dedi, dia emang non-islam, tapi biasa ikut makan kalau buka
"ya ntar, baru jam segini, belum waktunya, tapi kayaknya tinggal kita bertiga aja nih"
"yang lain udah pada naik dari tadi sih ya Pak"
"iya, ya kita selesein aja dulu ini, kalo udah selesai, langsung istirahat aja ya, saya ngecek ke ruangan lain dulu"
"baik Pak" jawab Pak Dedi dan Pak Juli sambil mengawasi proses transfernya...

menjelang maghrib, suasana bener-benar sudah gelap, koridor grey area dimatikan lampunya...
seluruh ruangan steril sepi, dan hanya terdengar aliran udara antar ruangan yang berbeda tekanan...
saking gelapnya, kaca antara ruangan white area dan koridor grey, bisa memantulkan bayanganku sendiri...
mirip-mirip suasana rumah sakit di malam hari, namanya juga hospital plane, hahahaha....

17.45 WIB - Koridor White Area
aku keliling area ruangan produksi steril, sambil ngecek apa masih ada karyawan yang tertinggal
sekilas aku lihat ada AA yang masih nulis batch record di ruang mixing 1
ruangan itu dibatasi ruang air lock yang pintunya dibuat zig-zag kanan dan kiri
tapi ada jendela yang sama-sama di tengah yang memungkinkan langsung melihat ke dalam dari koridor
aku menuju pintu luar di sebelah kanan, kemudian baru ke sebelah kiri untuk masuk ke ruang mixingnya

"udah hampir maghr...." 

belum selesai aku menyelesaikan kalimatku, yang tadinya aku kira ada AA sedang nulis
ternyata gak ada siapa-siapa di meja itu...
cuma tumpukan batch record yang warna mapnya biru, sama seperti jumpsuit baju ruangan white area...
mungkin aku salah liat...

lalu aku jalan lagi ke ruang mixing 2, dan hal yang sama terjadi, 
kenapa aku dari tadi seperti masih melihat ada orang nulis batch record??
something isn't right...

17.50 WIB - Male White Locker Room
"Pak Dedi, udah selesai tadi transfernya?"
"ss..ssuudah Pak" jawab Pak Dedi, sambil terlihat buru-buru melepas jumpsuit white area
"ya udah istirahat buka aja dulu"
"iya... Pak"

selagi berbicara gitu, entah kenapa Pak Juli sudah duluan pergi setengah berlari keluar ruangan
"itu Pak Juli cepet banget keluarnya?? pake lari gitu"
"gak tau Pak, buru-buru banget, mm..mmungkin keburu buka Pak"

benar-benar ada yang aneh, ruangan sepi, gelap, dan dingin...
aahh, HVAC steril kan memang harus kayak gini...
aku menenangkan diri...



Cimahi, 30 Juli 2013
The first notes of Supervisor Trilogy
next: Shift 3 - the freeze and the darkness, Shift 1 - it's not even safer...
"inspired by a true story
"





Sabtu, 08 Desember 2012

Everything tend to change from ordered to disordered


mengapa segala sesuatu terjadi..??

hal ini telah menjadi pertanyaan yang seharusnya ditanyakan sejak awal,
pertanyaan dasar yang dengannya hukum-hukum alam turunannya ditemukan,
untuk hal-hal tertentu yang spesifik, mungkin ada suatu rumus, atau hukum alam yang bisa dicocokkan,
tapi dari semua hukum alam itu, Tuhan pasti punya garis besar untuk semua teori-teori itu,
pasti ada yang bisa disambungkan dan diintegrasikan dari semua hukum alam yang telah ditemukan.

Unification Theory, dari zaman Newtonian, Relativitas Einstein,
sampai era kuantum dan keboleh-jadian Schrodinger kini
masih berusaha untuk ditemukan...

mengapa segala sesuatu terjadi, atau mengapa suatu hal tak mungkin terjadi..??

pertama yang kuingat, adalah teori yang kubaca dari buku favoritku waktu SMP,
"What Einstein didn't know" (R.Wolke)
dan ditambah dengan film dokumenter BBC
"Wonders of Universe: Stardust"

dapat dijelaskan dengan hukum termodinamika dan hubungan antara energi dan entropi,
energi adalah keteraturan dan entropi adalah ketidak teraturan, sederhananya...
entropi pada dasarnya banyak kemungkinan cara untuk membentuk suatu sistem,
dan ada akhirnya sistem berentropi tinggi akan memiliki ketidak-teraturan tinggi, kekacauan...
sistem berenergi tinggi, memiliki keteraturan tinggi, dan lebih sedikit kemungkinan cara untuk membentuknya...

segala sesuatu terjadi, karena konsumsi energi dan peningkatan energi,
pada dasarnya segala sesuatu cenderung untuk mengubah sistemnya dari keteraturan menjadi kekacauan...
dari zaman bervolume nol dan massa-energi tinggi titik awal alam semesta, ruang-waktu...
hingga akhir ruang-waktu, dan kekacauan entropi tinggi alam semesta...

memang bisa dilakukan konversi sistem dari ketidak-teraturan tinggi ke yang lebih teratur,
tapi harus diimbangi dengan peningkatan entropi diluar sistem yang dibentuk,
untuk mengatasinya...

kejadian peningkatan entropi cenderung untuk terjadi lebih mudah, cepat, dan spontan...

memang untuk menjelaskan sebuah peristiwa spesifik lebih baik dan mudah untuk menjelaskannya
dengan masing-masing teori yang telah spesifik menerangkannya...

pada dasarnya kita berjalan menuju sebuah jalan menurun,
kita hidup dengan energi yang telah dianggarkan Tuhan sejak awal mula big-bang alam semesta diciptakan...

pertanyaannya, bagaimana Tuhan akan mengakhirinya..??
>> kekacauan akhir saat nanti semua massa dan energi serta ruang menjadi sebaran partikel tak teratur,
tak ada penanda waktu yang rutin seperti saat sekarang, dan waktu telah menyelesaikan tugasnya, 
karena tak ada bedanya lagi antara masa lalu, sekarang, dan masa depan...???

>> atau semua dihancurkan dan digulung kembali menuju keadaan super padat bervolume nol,
atau ketiadaan..???

Sabtu, 03 November 2012

Part Three – SD Kelas 4B, 5B, dan 6C (sub-chapter Intelligence)


Intelligence
Tentu saja kecerdasan termasuk dalam masa kecilku, walau mungkin aku buruk dalam kecerdasan sosial atau emosional, tapi intelektualku excellent, hahahaha…

Saat aku SD, jelas bahwa aku sudah mulai suka pelajaran eksakta. Matematika, dan IPA. Walau di pelajaran lain tentu saja nilaiku memuaskan, kecuali pelajaran olahraga. Ya kan aku kecil banget gitu, gak kuat lari, gak kuat olahraga, hahahaha. Jadinya pas pelajaran olahraga di lapangan aku lebih suka mojok dan ngeliatin jangkrik.

Mungkin itu sebabnya aku gak bisa ranking satu, aku cuma punya nilai bagus di pelajaran spesifik. Walau pada pelajaran yang aku suka, aku bisa menguasai ilmunya beberapa tingkat diatasku. Saat aku kelas empat misalnya, aku mulai membaca pelajaran kelas lima dan enam.

Kebiasaanku ini membawa beberapa keuntungan tentu saja. Satu waktu aku ditunjuk menjadi perwakilan sekolah dalam lomba keteladanan siswa tingkat kecamatan. Aku tak sendiri, seingatku aku ditunjuk bareng sekitar lima orang lain, tapi yg aku inget cuma sama Dinar, Noniek, dan Hana kurasa, satu lagi aku lupa siapa.

Dalam lomba itu ada babak pertama, tes tertulis. Tes tentang pelajaran umum di sekolah. Ketika lomba diadakan aku pede saja mengerjakan dan sebagian bisa lancar kukerjakan. Saat itu kami masih kelas empat, dan kusadari bahwa beberapa pertanyaan dalam lomba ini tidak diperuntukkan bagi tingkat kelas empat SD!

Beberapa pertanyaan materi anak kelas enam. Tentu saja aku tahu karena aku sering membaca buku pelajaran kakakku, Teh Irma, yang waktu itu memang sudah kelas enam SD. Tapi beruntung bahwa aku suka membaca buku-buku kakakku dan akhirnya aku lancar saja menjawabnya.

Saat tes tertulis selesai, teman-teman perwakilanku ngobrol
“Ih, susah banget ya, banyak yang gak bisa aku jawab…”
dan kemudian aku menimpali,
“Tentu saja beberapa pertanyaan emang buat anak kelas enam, aku tahu karena pernah baca, dan aku bisa jawab tadi, tentu saja, hahahaha...”
Respon mereka dapat ditebak dari raut wajah, krik…krik…ini anak udah sombong banget ya..??

Aku tak sombong trus hoax, terbukti hanya aku dari SD-ku yang masuk tiga besar pada tahap ini, agar lolos ke tahap lomba berikutnya. Lebih tepatnya, aku peringkat dua. Semua tiga besar yang lolos dari sekolah swasta, aku dari SD Islam Al-Irsyad 01. Dua anak lain berasal dari sekolah swasta yayasan agama juga, SD Protestan Santo Yosep dan SD Katolik Bruderan.

Memang ada aroma SARA, dan yg kupikirkan saat tahu lawan-lawanku dari sekolah-sekolah tersebut,
“Ini ntar semacam di Yerusalem yah..??”
(padahal Yerusalem yg aku tahu kemudian ketambahan Yahudi sih, dan gak nyambung pula…)

Beberapa hari kemudian datanglah surat ke sekolahku yang memberitahu materi yang dilombakan pada babak kedua, semuanya materi praktek, seni, budaya dan keterampilan, gak ada lagi teori atau eksakta.
1. Peragaan SKJ (Senam Kesehatan Jasmani)
2. Elektronika (Merakit sirine sederhana)
3. Tari Daerah
4. Lagu Wajib Nasional
5. Peragaan Alat Musik (alat musik bebas, membawa sendiri)
Mampus, dari lima materi itu, gak ada satupun yang aku kuasai dengan bener, isi otakku teori semua. Praktek, seni-budaya, atau keterampilan gak ada yang diajarin di sekolah…

Mulai dari senam SKJ, aku pun latihan menghafal koreo beberapa minggu, hampir tiap hari dirumah liat video yang dikasih guru olahraga. Senam konyol.

Elektronika, aku belajar dari tetangga yang punya kios reparasi alat elektronik. Belajar dari nol, mulai cara baca kode warna resistor, jenis-jenis alat di PCB, dan cara menyolder sirkuit.

Tari Daerah..?? nyerah…gak usah latihan ini, koreo SKJ yang simple aja aku gak apal-apal.

Lagu Wajib Nasional, oke waktu kecil aku sering liat Garuda Pancasila dinyanyiin di TVRI, jadi lagu ini aja daripada lagu lain yang susah dan panjang-panjang.

Peragaan Alat Musik, aku sih sering mainan dekoder dan pianika di rumah, tapi ya cuma mainan, mau nyanyiin lagu apa coba..?? dekoder semacam suling itu susah, pianika rumah rusak pipa udaranya…hhhzzzz….

Saat Lomba:
Senam SKJ, hasilnya konyol gila, disetel lagu upbeat yg isinya cuma satu,dua, empat, delapan, dan senam dengan koreo seadanya, beberapa hitungan saja aku kehabisan gerakan, peserta lain masih ada beberapa macam gerakan, aku maunya berhenti, tapi karena musik gak berhenti-henti, akhirnya aku ulang-ulang aja koreo yang sama.

Elektronika, aku mengerjakannya benar-benar dari nol..!! semua transistor, resistor, dioda, aku solder satu-satu ditempatnya, dan pasang speaker, serta batere. Sialnya, ternyata peserta lain udah masang di rumah, ditempat lomba tinggal nyambung kabel..
tau boleh gitu…ARRGGHH…!!! Mana batere lupa beli baru, dan suaranya lemah, alasan aja waktu presentasi, “Pak, lupa beli batere baru, jadi gak bunyi..”

Tari Daerah, dengan yakin saya datang ke booth penilaiannya dan berkata dengan lantang
“Bu, disini saya gak akan nari, makasih…” lalu pergi… kereeennn….

Lagu Wajib Nasional, keras-keras saya menyanyikan Garuda Pancasila, dan saya baru sadar saat lomba, ternyata saya salah lirik, berulang-ulang panitia yang gak tega, benerin lirik seharusnya dengan teriak ikut nyanyi tepat di saat saya salah lirik, saya cuek saja, tetap nyanyi (teriak2 lebih tepatnya)

Dan waktu memainkan alat musik, saya gak bawa alat musik apapun, saya cukup bilang ke panitia “boleh saya pinjam orjennya..??” tentu saja panitia membolehkan, operatornya pun memberi tempat (kalau dipikir-pikir, gak modal banget, gaya pula pake orjen, sebelumnya gak pernah megang blas…)

Trus setelah saya duduk, yang saya katakan pertama kali
“mas ini tombol nada Do mana..??”
(kalau dipikir-pikir lagi, mana ada pemain orjen gak ngerti nada Do dimana..?? hahahaha)

Dan akhirnya saya memainkan sebuah lagu, sambil menyanyi tentu saja…
Are you sleeping..?? Are you sleeping..?? Uncle John..Uncle John..Morning bell has ringing..Morning bell has ringing..ding,dang,dong...ding,dang,dong..
Udah, itu aja lagu yg aku mainin, payahhh bangeettt….

Conclusions
Waktu SD, ada tiga anak yang biasanya jadi perhatian para guru, selain biasanya nilainya bagus-bagus, juga karena biasanya diikutkan pada berbagai lomba karena memiliki kemampuan lebih (sebenarnya mungkin lebih dari tiga, tapi yang aku inget ya cuma tiga, lagian podium kan cuma tiga).

Yang pertama Noniek Rahmawati, yang kedua Dinar Windiayu Pramudita, dan terakhir tentu saja saya, Muhammad Zahrul Mujahid, hahahahaha…..
Noniek biasanya ranking satu di kelasnya (6B kalo gak salah) dan saya dan Dinar di kelas 6C. dia sih selalu ranking satu, dan aku cuma kalah di bagian pelajaran olahraga, (sudah pernah saya sebutkan sebelumnya alasannya).

Kenapa tiga ini..?? Karena sampai saya lulus SD, terus lulus SMP, lalu lulus SMA, kalau pas main ke SD dan ketemu guru lama pasti inget saya dan kemudian tanya sekarang saya sekolah dimana. Lalu selanjutnya ngerembet tanya dua anak yang lain itu
“sekarang Noniek dimana..?? trus Dinar kemana..??”

Waktu SMP saya jawab, “kami bertiga di SMP Al-Irsyad sekarang”
Waktu SMA saya jawab, “kami bertiga di SMA N 1 Purwokerto sekarang”
Waktu kuliah saya jawab, “saya di Farmasi UGM, kalau Dinar di FKG Unpad, dan Noniek di KU UNS…”

Dan saat perangkingan berdasarkan nilai ebtanas murni terakhir, saya seperti menyalip di tikungan terakhir, saya memiliki nilai terbesar di antara dua anak yang lain, dan tentu saja dibanding anak-anak yang lain, hahahaha……
(#puas…)

Part Four – SMP Kelas 1 Putra dan 2 Putra
Part Five – SMP Kelas 3 Putra
Part Six – SMA Kelas X5 dan Kelas XI-IA7
Part Seven – SMA Kelas XII-IA7

Epilog

THE END

Kupikir aku menulisnya sampai sini saja,
Setelah melihat part terakhir jadi makin panjang gini
Dan ketika mengingat-ingat apa yang terjadi padaku mulai dari SMP
Ceritanya udah gak cocok jadi catatan bersambung
Lebih cocok jadi novel dengan beberapa chapter mungkin, hahahahaha
Yah, hidup makin besar, makin rumit dan berwarna kan..??
(maklum, ada sisi lain yang masih privasi ketika mulai beranjak remaja, ahahaha…)

Hahahaha…dan diantara tiga serangkai, aku yang lulus kuliah dan wisuda terakhir,
Wajar sih, kan beda jadwal program

Sabtu, 20 Oktober 2012

Part Three – SD Kelas 4B, 5B, dan 6C (sub-chapter Darkness and Power)


Kalau mau dirangkum, masa kecilku mungkin dapat terdiri dari tiga kata: Darkness, Power, and Intelligence.

Darkness
Beberapa hal gelap dalam diriku, adalah suatu fenomena yang dulu aku sering alamin waktu kecil. Sekarang aku menamakan fenomena itu waktu “The Howler”.

Saat kecil aku cukup sering beberapa kali terbangun ditengah malam. Well, sejauh ini normal, cuma hal-hal biasa terjadi pada anak kecil mungkin. Ketika aku terbangun yang paling menggangguku itu,pertama, aku gak bisa tidur lagi, kecil-kecil udah insomnia? Yah, mungkin ketakutan akan kegelapan dan kesendirian saat kecil yang wajar.

Kedua, saat tengah malam dan terbangun sendiri, ada sensasi aneh seakan semua bunyi malam naik beberapa desibel di telingaku. Detik jam berbunyi seperti orang masang paku, bunyi jangkrik sekeras orang lagi gergaji kayu, dan lain-lain. Dunia seakan lebih gelap dan suram, cahaya seperti kekurangan intensitasnya.

Ketiga, yang paling menyebalkan, kepalaku terasa berat dan ada yang teriak di dalam kepalaku. Teriakan itu kayak orang yang lagi teriak persis di telingaku, tapi waktu aku tutup telinga gak ngefek sama volumenya. Selama beberapa puluh menit yang terasa berjam-jam itu aku cuma bisa mencoba balas teriak suara yang ada di kepalaku, tapi aku cuma bisa membuka mulut dan tak ada suara yang keluar. Syukurlah bahwa semakin aku besar, fenomena ini makin jarang terjadi.

Beberapa hal gelap lain adalah sifat sombong dan rasisku.

Aku sering ditanya orang, “Kau dari Purwokerto, kenapa gak ngomong ngapak?”
Biasanya kujawab, “Aku gak ada darahnya, Ayahku Demak dan Ibuku Sunda”
Terus orang yang masih penasaran tanya lagi, “Tapi kau lahir dan besar di Purwokerto kan? Emang temenmu gak ada yang ngapak?”
Aku cukup jawab, “Aku anti-sosial waktu kecil…” hahaha…
Well alasan sebenarnya ada lagi sih.

Dari kecil aku beranggapan Bahasa Banyumas itu aneh dan tak cocok denganku, atau aku dibuat beranggapan demikian, karena orangtuaku menganggap aneh bahasa itu ketika pertama kali menginjakkan di tanah ini saat kuliah. Semacam ada dogma untuk tidak menggunakan bahasa lokal, aku lebih baik berbahasa Indonesia kalau tak bisa Jawa dialek Semarang atau Sunda, hahahaha….

Suatu hari, saat aku sedang di SD Bruderan untuk mengikuti pelatihan dokter kecil, ada seorang anak setempat menghampiriku. Dia berusaha berkomunikasi denganku, mungkin mengajak berteman atau apalah…

kowe jenenge blukutuk…blekbluk….” dia berbicara denganku, tapi aku tak tahu apa maksudnya…
Gelem dolan blekblukutuk…kuluk-kuluk…” dia ngomong lagi tapi cuma sedikit yang aku pahami, akhirnya aku hanya menjawab…

Kamu mau ngomong apa sih? Kamu tahu gak? Bahasa terjelek di dunia itu, banyumas tahu…
Akhirnya dia kaget, pasang raut wajah aneh, dan lari meninggalkanku, ya sudahlah…

Di SD-ku, memang ada beberapa anak ras asli setempat, tapi aku tak terlalu akrab dengan mereka. Aku biasanya main sama anak-anak yang mirip sepertiku, sebenarnya bukan turunan ras setempat, hehehe….

Untunglah bahwa semakin besar aku belajar untuk mencoba menghargai tiap budaya.

Power
Kekuasaan, ya dan aku mugkin suka dengan kekuasaan atau mempengaruhi sekitarku saat kecil. Bentuk cari perhatian dan keinginan untuk diakui yang wajar waktu kecil. Ada macam bentuknya pada pengalamanku.

Saat kelas empat, pemilihan ketua kelas, entah kenapa aku ingin sekali jadi ketua kelas. Tentu saja berasa keren. Langsung menunjukkan jari dan lupa gimana prosesnya, pokoknya aku jadi ketua kelas aja deh. Yang paling kuingat, aku senang mengerjakan semua tugasku dengan baik, mengatur jadwal piket, memangggil guru untuk mengajar di kelas, merapikan barisan, dan lain-lain.

Sampai suatu saat aku lupa mengerjakan satu tugas yang sudah jadi rutinitas, memanggil guru yang belum datang, kebetulan guru yang belum datang itu wali kelas. Alasan kenapa aku lupa juga konyol sih, mainan bola dengan teman, lupa waktu, dan sekelas ribut karena gak ada tuannya. Akhirnya aku diturunkan jabatannya menjadi wakil ketua kelas, dan wakil ketua kelas sebelumnya menjadi ketua kelas. Aku pertama kali merasakan post-power syndrome. Sebal juga, dan kenapa harus wakil ketua kelas yang serampangan anaknya, serta gak becus itu dapat menggantikanku? Kemarahan anak kecil yang wajar, hahahaha….

Hal lain adalah mengajak teman-temanku menuruti kemauanku.

Saat itu teman-temanku lebih suka bermain kasti saat pelajaran olahraga. Aku yang suka dengan budaya Jepang, menganggap permainan kasti itu gak keren. Sedikit aneh melempari orang dengan bola, well aku tentu saja lebih suka softball. Kemudian aku mengajak teman-temanku untuk mengubah sedikit peraturannya menjadi softball. Aku terangkan tentang base, softball, dan perolehan poinnya. Aku tegur orang yang masih melempar orang, dan bukan temannya penjaga base..

“kau lempar ke temanmu yang penjaga base dua itu..!! bukan yang lagi lari, ini kan bukan kasti..!!”
“nih, gini yah, kalo kau lempar ke panjaga base dua sebelum musuhmu yang lagi lari sampe, kau mencegahnya dapat poin…mudeng..??”

Pada akhirnya toh gagal total sih, teman-temanku banyak yang susah mudeng dengan softball, dan akhirnya aku memilih untuk melihat mereka bermain permainan aneh itu saja. Kasti, darimana sih peraturannya berasal..?? Menurutku kalah beradab dibanding dengan softball… 

Rabu, 18 Juli 2012

galau...

I won't say "I like you..." to someone,
cause it confronts my logic...

I won't say "I love you..." to someone,
cause it lowers my pride...

I won't say "I miss you..." to someone,
cause it make me looks pathetic...

but I'm planning to say it all to you,
just because my heart screams to do so...