Minggu, 24 Juni 2012

MASA-MASA SEKOLAH


Prolog

Sejak kecil sebelum masa-masa sekolah, aku sudah pingin masuk sekolah. Karena di masa kecil ketika aku jalan-jalan di sekitar rumahku dengan orangtuaku, aku seringkali beristirahat di sebuah sekolah dasar negeri inpres. Selain itu, aku sering diajak ayahku yang seorang dosen, ke laboratorium zoologinya.

Dampaknya pernah suatu hari aku rewel minta ke sekolah. Akhirnya aku di ajak ke SD Inpres dekat rumah itu.

Ketika sudah masuk ruang kelasnya, kesan yang kudapat adalah, kumuh dan terbelakang. Anak-anak SD kampung itu (rumahku dulu di daerah sub-urban) memiliki bau yang gak enak, ruang kelas yang tak representatif, kepala botak semua memandang ke arahku, dan tak tampak seperti anak-anak sekolah pintar yang sering juga ku lihat di TVRI.

Sejak saat itu, saat aku dibawa ke sebuah kelas SD Inpres yang mengecewakanku, aku berhenti rewel meminta masuk sekolah.

Part One – TK

Dulu waktu aku kecil, aku sudah terlahir cerdas. Aku kira demikian, karena itu yang sampai di telingaku dari orangtuaku dan teman-teman orangtuaku. Ya, kita hiraukan kemungkinan tidak benarnya dan subyektivitasnya, cuma saya kira dengan melihat aku yang sekarang, hal itu adalah sebuah fakta.

Sebelum masuk TK, aku sudah bisa baca, dan aku bangga akan hal itu, hahahaha….
Tapi hal itu berakibat lain, anak terlalu cerdas di masa kecil, cenderung bermasalah…
Ketika aku di ruang kelas, aku benar-benar bosan dengan semua pelajarannya.

Menulis mengikuti alur huruf? Ayolah aku bisa lebih daripada ini…

Latihan membaca huruf? aku sudah bisa baca koran...

Menyanyi dengan ceria? Kayak gak ada kerjaan liriknya itu-itu aja…

Menjahit di atas kertas yang lubangnya besar-besar? Dibilangin jarumnya berbahaya tiap 5 menit, emang siapa anak bodoh yang mau ngelemparin jarum di ruang kelas Bu Guru..??

Dan saat-saat bosan itu aku selalu memandang keluar jendela, dan melihat kelas sebelah yang sepertinya lebih diistimewakan. Mungkin karena mereka besar-besar badannya dan lebih kuat, mereka sering latihan drumband (dan ku kira otak mereka pasti pas-pasan).

Aku jadi iri, dan ingin sekali main drumband. Hanya itu harapanku setiap kali berangkat ke TK yang pelajarannya membosankan. Dapat giliran main drumband.

Sampai suatu hari, seorang anak turunan arab (rasis dari kecil) menjahiliku dan melukai kaki paha kiriku sampai berwarna biru selama 3 hari dan mengharuskan aku istirahat seminggu. Peristiwa ini karena kita bermain jungkat-jungkit rusak dan dia memainkannya dengan brutal.

Yang lebih buruk lagi, kelasku dapat giliran main drumband sekali, dan hari itu ketika aku tidak masuk sekolah. Aku tahu hal ini ketika aku diantar ke sekolah oleh orangtuaku untuk memberi tahu guru kenapa aku tak masuk sampai 3 hari. Saat itu aku lihat teman-teman sekelasku sedang memainkan drumband..!!!

Sejak saat itu aku menyalahkannya pada anak arab yang menyebabkan aku tak bisa main drumband sepanjang sekolah di TK. Itulah rasa benci yang pertama kali kurasakan. Aku berniat membalas dendam padanya, namun tak menemukan caranya. Rasa benci ini aku masih ingat kebawa sampai SD. Ketika aku ketemu anak arab yang mirip dengannya, aku selalu ingin marah.

Setelah saat itu, aku yang mungkin dulu dianggap kecil di TK, mulai nakal dan mengganggu teman-teman sekolahku di SD. Selain karena ada alasan-alasan lain.

(well, cerita ini bukan bermaksud rasis loh…)

to be continued... 

Part Two – SD Kelas 1A, 2A, dan 3A
Part Three – SD Kelas 4B, 5B, dan 6C
Part Four – SMP Kelas 1 Putra dan 2 Putra
Part Five – SMP Kelas 3 Putra
Part Six – SMA Kelas X5 dan Kelas XI-IA7
Part Seven – SMA Kelas XII-IA7
Epilog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar