Sabtu, 03 November 2012

Part Three – SD Kelas 4B, 5B, dan 6C (sub-chapter Intelligence)


Intelligence
Tentu saja kecerdasan termasuk dalam masa kecilku, walau mungkin aku buruk dalam kecerdasan sosial atau emosional, tapi intelektualku excellent, hahahaha…

Saat aku SD, jelas bahwa aku sudah mulai suka pelajaran eksakta. Matematika, dan IPA. Walau di pelajaran lain tentu saja nilaiku memuaskan, kecuali pelajaran olahraga. Ya kan aku kecil banget gitu, gak kuat lari, gak kuat olahraga, hahahaha. Jadinya pas pelajaran olahraga di lapangan aku lebih suka mojok dan ngeliatin jangkrik.

Mungkin itu sebabnya aku gak bisa ranking satu, aku cuma punya nilai bagus di pelajaran spesifik. Walau pada pelajaran yang aku suka, aku bisa menguasai ilmunya beberapa tingkat diatasku. Saat aku kelas empat misalnya, aku mulai membaca pelajaran kelas lima dan enam.

Kebiasaanku ini membawa beberapa keuntungan tentu saja. Satu waktu aku ditunjuk menjadi perwakilan sekolah dalam lomba keteladanan siswa tingkat kecamatan. Aku tak sendiri, seingatku aku ditunjuk bareng sekitar lima orang lain, tapi yg aku inget cuma sama Dinar, Noniek, dan Hana kurasa, satu lagi aku lupa siapa.

Dalam lomba itu ada babak pertama, tes tertulis. Tes tentang pelajaran umum di sekolah. Ketika lomba diadakan aku pede saja mengerjakan dan sebagian bisa lancar kukerjakan. Saat itu kami masih kelas empat, dan kusadari bahwa beberapa pertanyaan dalam lomba ini tidak diperuntukkan bagi tingkat kelas empat SD!

Beberapa pertanyaan materi anak kelas enam. Tentu saja aku tahu karena aku sering membaca buku pelajaran kakakku, Teh Irma, yang waktu itu memang sudah kelas enam SD. Tapi beruntung bahwa aku suka membaca buku-buku kakakku dan akhirnya aku lancar saja menjawabnya.

Saat tes tertulis selesai, teman-teman perwakilanku ngobrol
“Ih, susah banget ya, banyak yang gak bisa aku jawab…”
dan kemudian aku menimpali,
“Tentu saja beberapa pertanyaan emang buat anak kelas enam, aku tahu karena pernah baca, dan aku bisa jawab tadi, tentu saja, hahahaha...”
Respon mereka dapat ditebak dari raut wajah, krik…krik…ini anak udah sombong banget ya..??

Aku tak sombong trus hoax, terbukti hanya aku dari SD-ku yang masuk tiga besar pada tahap ini, agar lolos ke tahap lomba berikutnya. Lebih tepatnya, aku peringkat dua. Semua tiga besar yang lolos dari sekolah swasta, aku dari SD Islam Al-Irsyad 01. Dua anak lain berasal dari sekolah swasta yayasan agama juga, SD Protestan Santo Yosep dan SD Katolik Bruderan.

Memang ada aroma SARA, dan yg kupikirkan saat tahu lawan-lawanku dari sekolah-sekolah tersebut,
“Ini ntar semacam di Yerusalem yah..??”
(padahal Yerusalem yg aku tahu kemudian ketambahan Yahudi sih, dan gak nyambung pula…)

Beberapa hari kemudian datanglah surat ke sekolahku yang memberitahu materi yang dilombakan pada babak kedua, semuanya materi praktek, seni, budaya dan keterampilan, gak ada lagi teori atau eksakta.
1. Peragaan SKJ (Senam Kesehatan Jasmani)
2. Elektronika (Merakit sirine sederhana)
3. Tari Daerah
4. Lagu Wajib Nasional
5. Peragaan Alat Musik (alat musik bebas, membawa sendiri)
Mampus, dari lima materi itu, gak ada satupun yang aku kuasai dengan bener, isi otakku teori semua. Praktek, seni-budaya, atau keterampilan gak ada yang diajarin di sekolah…

Mulai dari senam SKJ, aku pun latihan menghafal koreo beberapa minggu, hampir tiap hari dirumah liat video yang dikasih guru olahraga. Senam konyol.

Elektronika, aku belajar dari tetangga yang punya kios reparasi alat elektronik. Belajar dari nol, mulai cara baca kode warna resistor, jenis-jenis alat di PCB, dan cara menyolder sirkuit.

Tari Daerah..?? nyerah…gak usah latihan ini, koreo SKJ yang simple aja aku gak apal-apal.

Lagu Wajib Nasional, oke waktu kecil aku sering liat Garuda Pancasila dinyanyiin di TVRI, jadi lagu ini aja daripada lagu lain yang susah dan panjang-panjang.

Peragaan Alat Musik, aku sih sering mainan dekoder dan pianika di rumah, tapi ya cuma mainan, mau nyanyiin lagu apa coba..?? dekoder semacam suling itu susah, pianika rumah rusak pipa udaranya…hhhzzzz….

Saat Lomba:
Senam SKJ, hasilnya konyol gila, disetel lagu upbeat yg isinya cuma satu,dua, empat, delapan, dan senam dengan koreo seadanya, beberapa hitungan saja aku kehabisan gerakan, peserta lain masih ada beberapa macam gerakan, aku maunya berhenti, tapi karena musik gak berhenti-henti, akhirnya aku ulang-ulang aja koreo yang sama.

Elektronika, aku mengerjakannya benar-benar dari nol..!! semua transistor, resistor, dioda, aku solder satu-satu ditempatnya, dan pasang speaker, serta batere. Sialnya, ternyata peserta lain udah masang di rumah, ditempat lomba tinggal nyambung kabel..
tau boleh gitu…ARRGGHH…!!! Mana batere lupa beli baru, dan suaranya lemah, alasan aja waktu presentasi, “Pak, lupa beli batere baru, jadi gak bunyi..”

Tari Daerah, dengan yakin saya datang ke booth penilaiannya dan berkata dengan lantang
“Bu, disini saya gak akan nari, makasih…” lalu pergi… kereeennn….

Lagu Wajib Nasional, keras-keras saya menyanyikan Garuda Pancasila, dan saya baru sadar saat lomba, ternyata saya salah lirik, berulang-ulang panitia yang gak tega, benerin lirik seharusnya dengan teriak ikut nyanyi tepat di saat saya salah lirik, saya cuek saja, tetap nyanyi (teriak2 lebih tepatnya)

Dan waktu memainkan alat musik, saya gak bawa alat musik apapun, saya cukup bilang ke panitia “boleh saya pinjam orjennya..??” tentu saja panitia membolehkan, operatornya pun memberi tempat (kalau dipikir-pikir, gak modal banget, gaya pula pake orjen, sebelumnya gak pernah megang blas…)

Trus setelah saya duduk, yang saya katakan pertama kali
“mas ini tombol nada Do mana..??”
(kalau dipikir-pikir lagi, mana ada pemain orjen gak ngerti nada Do dimana..?? hahahaha)

Dan akhirnya saya memainkan sebuah lagu, sambil menyanyi tentu saja…
Are you sleeping..?? Are you sleeping..?? Uncle John..Uncle John..Morning bell has ringing..Morning bell has ringing..ding,dang,dong...ding,dang,dong..
Udah, itu aja lagu yg aku mainin, payahhh bangeettt….

Conclusions
Waktu SD, ada tiga anak yang biasanya jadi perhatian para guru, selain biasanya nilainya bagus-bagus, juga karena biasanya diikutkan pada berbagai lomba karena memiliki kemampuan lebih (sebenarnya mungkin lebih dari tiga, tapi yang aku inget ya cuma tiga, lagian podium kan cuma tiga).

Yang pertama Noniek Rahmawati, yang kedua Dinar Windiayu Pramudita, dan terakhir tentu saja saya, Muhammad Zahrul Mujahid, hahahahaha…..
Noniek biasanya ranking satu di kelasnya (6B kalo gak salah) dan saya dan Dinar di kelas 6C. dia sih selalu ranking satu, dan aku cuma kalah di bagian pelajaran olahraga, (sudah pernah saya sebutkan sebelumnya alasannya).

Kenapa tiga ini..?? Karena sampai saya lulus SD, terus lulus SMP, lalu lulus SMA, kalau pas main ke SD dan ketemu guru lama pasti inget saya dan kemudian tanya sekarang saya sekolah dimana. Lalu selanjutnya ngerembet tanya dua anak yang lain itu
“sekarang Noniek dimana..?? trus Dinar kemana..??”

Waktu SMP saya jawab, “kami bertiga di SMP Al-Irsyad sekarang”
Waktu SMA saya jawab, “kami bertiga di SMA N 1 Purwokerto sekarang”
Waktu kuliah saya jawab, “saya di Farmasi UGM, kalau Dinar di FKG Unpad, dan Noniek di KU UNS…”

Dan saat perangkingan berdasarkan nilai ebtanas murni terakhir, saya seperti menyalip di tikungan terakhir, saya memiliki nilai terbesar di antara dua anak yang lain, dan tentu saja dibanding anak-anak yang lain, hahahaha……
(#puas…)

Part Four – SMP Kelas 1 Putra dan 2 Putra
Part Five – SMP Kelas 3 Putra
Part Six – SMA Kelas X5 dan Kelas XI-IA7
Part Seven – SMA Kelas XII-IA7

Epilog

THE END

Kupikir aku menulisnya sampai sini saja,
Setelah melihat part terakhir jadi makin panjang gini
Dan ketika mengingat-ingat apa yang terjadi padaku mulai dari SMP
Ceritanya udah gak cocok jadi catatan bersambung
Lebih cocok jadi novel dengan beberapa chapter mungkin, hahahahaha
Yah, hidup makin besar, makin rumit dan berwarna kan..??
(maklum, ada sisi lain yang masih privasi ketika mulai beranjak remaja, ahahaha…)

Hahahaha…dan diantara tiga serangkai, aku yang lulus kuliah dan wisuda terakhir,
Wajar sih, kan beda jadwal program